Minggu, 29 Maret 2015

Kesalahan Paradigma Lama Terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan institusi pendidikan formal yang berbasis ilmu-ilmu keterampilan suatu bidang khusus tertentu. Pertumbuhan SMK di Indonesia sangatlah cepat, tercatat pada tahun 2014 perbandingan SMK dengan SMA sudah mencapai 49:51. Hal ini disebabkan karena adanya pemfokusan pemerintah dalam meningkatkan jumlah SMK. Bahkan target pemerintah pada tahun 2020 nanti jumlah SMK mencapai angka 70%.
Pada awal berdirinya, SMK memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri. Dengan dibekali ilmu-ilmu keterampilan diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai sehingga lulusan-lulusan SMK nantinya dapat bersaing dalam dunia kerja. Terlebih Indonesia akan memasuki pasar bebas ASEAN pada akhir 2015 nanti. Hal ini akan membuat persaingan dalam dunia kerja semakin sengit, karena pesaing bukan lagi hanya dari dalam negeri, tetapi dari luar negeri juga.
Akan tetapi banyak pandangan yang kurang tepat mengenai SMK, dimana paradigma yang berkembang di tengah masyarakat yakni bahwa SMK haruslah berkiblat pada teknologi manufaktur. Hal ini mungkin karena masyarakat Indonesia terlalu berpatokan pada negara-negara Eropa yang memang sudah maju dalam teknologi manufaktur. Begitupun dengan pemerintah yang lebih suka membangun SMK yang berbasis pada pendidikan teknologi manufaktur. Hal tersebut terjadi karena adanya komersialisasi pendidikan di Indonesia. Karena minat masyarakat lebih pada teknologi manufaktur, maka pemerintahpun mengejar target untuk mendirikan SMK berbasis manufaktur sebanyak-banyaknya guna mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya pula. Realita ini menjadikan pendidikan SMK di Indonesia mejadi tidak tepat sasaran. Pemerintah hendaknya menyadari hal ini dan mengembalikan kembali tujuan awal pendidikan Indonesia.
Sangat penting adanya relevansi antara SMK di suatu daerah dengan potensi daerah itu sendiri. Bayangkan saja jika di daerah yang memiliki potensi pertanian yang sangat baik namun SMK yang ada adalah SMK dengan jurusan manufaktur. Akan sulit untuk mencapai sasaran yang tepat. Lebih parahnya lagi, potensi besar yang ada di tempat tersebut nantinya justru orang lain yang mengolah dan menikmatinya. Pandangan masyarakat terhadap petani sebagai suatu profesi rendahan juga harus diubah. Begitupun ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi terhadap teknologi manufaktur. Apabila kita memilih untuk lebih mengembangkan teknologi manufaktur, maka saingan kita akan sangat berat. Berbeda jika kita menekankan kembali pendidikan Indonesia sesuai dengan potensi kita yakni pada bidang maritim dan agraris.

2 komentar:

tasykirahef mengatakan...

boleh tau sumbernya darimana aja? makasih :)

Widi Erha Pradana mengatakan...

Tulisan tersebut hanya sebuah opini dari analisis saya mas.
Untuk sumber, saya mengunakan sumber hanya untuk paragraf pertama saja, bisa lihat di http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/29/20190521/Jumlah.SMK.Terus.Ditambah