
Pada awal berdirinya, SMK memiliki
tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri. Dengan dibekali ilmu-ilmu
keterampilan diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai sehingga lulusan-lulusan
SMK nantinya dapat bersaing dalam dunia kerja. Terlebih Indonesia akan memasuki
pasar bebas ASEAN pada akhir 2015 nanti. Hal ini akan membuat persaingan dalam
dunia kerja semakin sengit, karena pesaing bukan lagi hanya dari dalam negeri,
tetapi dari luar negeri juga.
Akan tetapi banyak pandangan yang kurang
tepat mengenai SMK, dimana paradigma yang berkembang di tengah masyarakat yakni
bahwa SMK haruslah berkiblat pada teknologi manufaktur. Hal ini mungkin
karena masyarakat Indonesia terlalu berpatokan pada negara-negara Eropa
yang memang sudah maju dalam teknologi manufaktur. Begitupun dengan pemerintah
yang lebih suka membangun SMK yang berbasis pada pendidikan teknologi manufaktur.
Hal tersebut terjadi karena adanya komersialisasi pendidikan di Indonesia. Karena
minat masyarakat lebih pada teknologi manufaktur, maka pemerintahpun mengejar
target untuk mendirikan SMK berbasis manufaktur sebanyak-banyaknya guna
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya pula. Realita ini menjadikan
pendidikan SMK di Indonesia mejadi tidak tepat sasaran. Pemerintah hendaknya
menyadari hal ini dan mengembalikan kembali tujuan awal pendidikan Indonesia.
Sangat penting adanya relevansi antara
SMK di suatu daerah dengan potensi daerah itu sendiri. Bayangkan saja jika di
daerah yang memiliki potensi pertanian yang sangat baik namun SMK yang ada
adalah SMK dengan jurusan manufaktur. Akan sulit untuk mencapai sasaran yang
tepat. Lebih parahnya lagi, potensi besar yang ada di tempat tersebut nantinya
justru orang lain yang mengolah dan menikmatinya. Pandangan masyarakat terhadap
petani sebagai suatu profesi rendahan juga harus diubah. Begitupun ekspektasi
masyarakat yang begitu tinggi terhadap teknologi manufaktur. Apabila kita
memilih untuk lebih mengembangkan teknologi manufaktur, maka saingan kita akan
sangat berat. Berbeda jika kita menekankan kembali pendidikan Indonesia sesuai
dengan potensi kita yakni pada bidang maritim dan agraris.